Kamis, 20 Desember 2007

the miracle of Siwak

ANDAIKAN BERSIWAK ITU TIDAK MEMBERATKAN, TENTU HAL ITU AKAN SAYA WAJIBKAN UNTUK UMATKU.....

SIWAK adalah sejenis kayu berasal dari Tanah Arab, yang sering disebut kayu Arok(Salvadora persica). Menurut KH Irsyad dari Pesantren As Syafiiyah, kebiasaan bersiwak pada umat Islam sebenarnya berawal dari keteladanan Nabi Muhammad. Rasulullah SAW sellau menggunakan siwak, terutama ketika hendak shalat, khotbah, dan sesudah makan. Oleh karena itu, menarik untuk dikaji dan dipelajari, manfaat anjuran Rasulullah tersebut.

Begitu pentingnya memelihara kebersihan gigi, Rasulullah ketika sakit pun tetap membersihkan gigi dengan siwak. Bahkan ketika Beliau sudah tidak mampu untuk melakukannya sendiri –saat menjelang berpulang ke Rahmatullah– Rasulullah meminta tolong pada Siti Aisyah untuk membersihkan giginya dengan siwak. Nabi pernah pula bersabda yang berbunyi, “Seandainya tidak khawatir akan memberatkan umat, niscaya saya wajibkan mereka untuk bersiwak.”

Kiai Irsyad mengatakan, “Begitu penting memelihara kesehatan gigi, bersiwak hukumnya sunnah yang diutamakan. Kalau demikian, tentu ada rahasia di balik itu,” ujar pria yang sudah puluhan tahun memakai siwak ini, tetapi belum mengetahui manfaatnya secara medis.
Benarkah siwak yang terbuat dari kayu asin dan berserabut itu bisa mencegah plak gigi? Irsyad selain bersiwak menggosok gigi dengan sikat plus pasta gigi. Siwak ia pakai ketika akan shalat atau ibadah lainnya. “Bagi saya, alasan utama memakai karena melihat keutamaan sunnah saja. Mengenai manfaatnya bagi kesehatan, saya belum punya informasi,” akunya.

“Yang saya tahu dalam ajaran Nabi, orang yang selalu bersiwak maka rohnua mudah keluar ketika meninggal. Orang itu tidak akan kesakitan saat sakaratul maut,” kata ahli fikih tersebut.
Bagaimana penggunaan sikat dan pasta gigi? “Tidak masalah. Insya Allah sama-sama mendapat pahala, karena itupun merupakan upaya menjaga kesehatan dan kebersihan gigi, meski tidak menggunakan siwak. Apalagi kalau pekerjaan itu dilakukan dengan niat untuk ibadah. Selain memperoleh sehat dan bersih, mendapat pahala,” tandas Irsyad.

Dalam menggunakan siwak, katanya, hendaknya tidak sekadar bersiwak. Perhatikan kebersihannya. Kayu siwak harus sering dicuci, dikupas dan diraut agar kebersihannya senantiasa terjaga. Kalau kayu siwak itu tidak dibersihkan, maka kayu yang diduga punya manfaat sebagai antiseptik itu bisa jutru menjadi sarang kuman.

Drg BM Bachtiar dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia mengatakan, berdasarkan fungsi mekanisnya, siwak sama dengan sikat gigi. Siwak dapat berfungsi sebagai alat membersihkan gigi dari kotoran atau plak.

“Mengapa siwak bermanfaat menghilangkan plak? Plak merupakan kumpulan sisa makanan yang telah membusuk dan menempel pada gigi. Jika diteliti lebih dalam, ternyata plak itu merupakan asrama kuman. Di sini siwak berperan membersihkan sisa makanan, sekaligus mengandung zat khusus yang rasanya asin tersebut,” paparnya.

Kuman-kuman dari makanan menempel pada gigi, dan menumpuk sedikit demi sedikit. Berdasarkan penelitian, kuman itu akan menempel pada bagian dalam tiga-empat jam. “Dianjurkan menyikat gigi secara teratur, untuk mencegah penumpukan sisa makanan yang mengandung kuman berbagai jenis dan ribuan jumlahnya itu.”

Plak ibarat sebuah rumah produksi, yang menghasilkan beraneka produk. Di antaranya yang paling sering adalah asam. Kondisi ini berdampak buruk bagi gigi, menyebabkan gigi berlubak sekaligus merusak jaringan di sekitarnya.

Kuman-kuman paling sering dikaitkan dengan gigi berlubang, dalam artian yang sangat menyukai suasana asam adalah streptokokus. Sedangkan yang menyebabkan kerusakan jaringan antara lain aktinomises dan aktinobasilus. Kuman itu akan melakukan aksinya untuk merusak gigi setelah berada di mulut sekian jam lamanya.

Mula-mula, demikian Bachtiar, mungkin hanya ada satu spesies, kemudian bertambah hingga ribuan. Semakin tebal plak semakin beragam kumannya, dan tingkat keasamannya juga semakin tinggi.

Dilakukan Setiap Sebelum Shalat

DRG BM Bachtiar sangat paham mengapa bersiwak dianjurkan dilakukan setiap kali sebelum shalat. Menurutnya, pada dasarnya plak memang sulit dihindari karena proses terbentuknya begitu cepat. Karena itulah sangat tepat anjuran yang mengatakan, menyikat gigi itu harus dilakukan beberapa kali dalam sehari, untuk mencegah tertimbunnya plak pada gigi.

Jika dianalisis, lanjut Bachtiar, anjuran bersiwak pada setiap akan shalat dapat dipahami. Frekuensi yang disarankan, katakanlah pada shalat wajib, sudah tepat. Yaitu waktu Shalat Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya, dan Subuh. Jika dibuat rata-rata, selang waktunya untuk bersiwak sekitar 4-5 jam. Belum lagi ada shalat sunat Tahajjud, yang dilakukan pada waktu malam, atau Dhuha di pagi hari, serta anjuran bersiwak setelah makan.

Ditegaskan Bachtiar, rasa asin yang terdapat pada kayu siwak kemungkinan dapat menurunkan tingkat keasaman daerah mulut, bahkan mampu mendekati netral. “Tingkat keasaman atau pH mulut yang baik yang mendekati netral, yakni antra pH 6-7,” katanya.

Tujuan utama menyikat gigi yaitu mencegah, dan menghilangkan plak pada gigi. Sedangkan bentuk sikat gigi dan teknik pemakaiannya, terserah mana suka saja asal tidak menyebabkan persakan gusi dan gigi. Kejelekan dalam menyikat gigi juga ada. Jika tidak tepat, misalnya terlalu kencang dalam menyikatnya, dapat mengakibatkan gusi aus dan terbuka.

Memakai bulu sikat gigi yang keras sebetulnya boleh-boleh saja, kalau dalam menyikatnya tidak terlalu keras dan cepat. Agar plak tidak cepat menumpuk dan membuat pelapukan gigi, Bachtiar menyarankan:

1. Harus rajin dan teratur menggosok gigi, apakah memakai pasta gigi atau tidak jangan dijadikan hambatan. Untuk praktisnya, paling tidak dalam sehari melakukan tiga kali gogok gigi, yaitu setelah makan malam, setwelah makan pagi dan setelah makan siang.

2. Untuk mencegah kerusakan jaringan, jangan terlalu kasar dalam menyikat gigi, dan jangan menggunakan sikat yang terlalu keras.

3. Dari segi makanan dan kebiasaan makan, hindari makanan yang manis-manis atau asam tertinggal terlalu lama di dalam mulut. Untuk itu, segera berkumur atau menyikat gigi sehabis makan yang manis-manis. (ros/Panasea)

(dari Sriwijaya Post Online)

Tidak ada komentar: